Meski
banyak pengamat menilai pasar properti harus diwaspadai atas potensi
buble, tapi tidak pada bisnis perumahan. Kebutuhan akan rumah juga daya
beli yang cukup serta di dukung oleh suku bunga rendah mendorong terus
terjadinya penyerapan. Akibatnya, tidak saja berkah bagi para
pengembang, bisnis broker properti pun kian cerah menuai berkah.
Bisnis
perumahan di prediksi akan terus mengalami peningkatan. Apapun yang di
buat oleh pengembang pasti ada saja yang diserbu pasar. Berdasarkan
hasil riset pasar Cushman & Wakefield di sejumlah perumahan besar di
wilayah Jabodetabek selama tahun 2012, sudah terjadi transaksi 12.858
unit senilai Rp 12,4 triliun. Meski jumlah tersebut dinyatakan rendah di
banding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 14,2 tiriliun, ini karena
respon pasar atas pemberlakuan ketentuan untuk membayar down payment sebesar 30 persen atas harga rumah, terutama jika pembayarannya dilakukan dengan KPR.
Berangkat
atas Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP tanggal 12 Maret 2012
mengenai Penerapan Manajemen Risiko pada bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah
dan Kredit Kendaraan Bermotor yang berlaku efektif Juni 2012. Berkaitan
dengan surat edaran tersebut, survey Bank Indonesia atas penjualan
residensial per kuartal memperlihatkan bahwa aturan tersebut berefek
pada penjualan rumah secara nasional.
Meyakini
dari hal tersebut dimana bisnis properti terus benderang, bisnis agen
properti di Indonesia masih sangat menggiurkan. Hal ini dibuktikan
dengan terus meningkatnya omset yang diraih oleh pemilik asing maupun lokal. Seperti yang dialami LJ Hooker Indonesia, pemeg
ang
master franchise LJ Hooker dari Australia, seperti di kutip melalu
majalah Properti Indonesia, omset LJ Hooker mencapai Rp 2,6 triliun naik
di banding tahun sebelumnya yang berkisar Rp 2,3 triliun.
Serupa
dengan LJ Hooker, Ray White Indonesia, pemegang master franchise Ray
White dari Australia yang memiliki 130 kantor cabang, omset tahun lalu
meningkat hingga 30 persen dibanding tahun 2011. Sementara Century 21
Indonesia omsetnya kian meningkat mencapai 40 persen per tahun.
Banyaknya
pengembang yang membangun properti membuat para broker kecipratan
rezeki. Tak heran semakin banyak broker yang justru fokus menggarap
primary market. F.Rach Suherman, Executive Director Century 21
Indonesia,”Primary property mengalami kenaikan besar mulai tahun 2009,
karena insentif yang diberikan pengembang cukup banyak, dan minat
konsumen untuk membeli produk baru melalui agen meningkat cukup besar,”
Hal
serupa juga dikatakan Setyo Maharso, Ketua Umum Real Estate
Indonesia,”Peran broker properti sangat besar sekali bagi pengembang.
REI telah bekerjasama lama dengan AREBI dan sudah tercipta simbiosis
mutualisme yang baik,” Ujarnya.
Sumber : rumahku.com