Sunday, May 26, 2013

Bisnis Broker Properti Kian Cerah

Meski banyak pengamat menilai pasar properti harus diwaspadai atas potensi buble, tapi tidak pada bisnis perumahan. Kebutuhan akan rumah juga daya beli yang cukup serta di dukung oleh suku bunga rendah mendorong terus terjadinya penyerapan. Akibatnya, tidak saja berkah bagi para pengembang, bisnis broker properti pun kian cerah menuai berkah.
Bisnis perumahan di prediksi akan terus mengalami peningkatan. Apapun yang di buat oleh pengembang pasti ada saja yang diserbu pasar. Berdasarkan hasil riset pasar Cushman & Wakefield di sejumlah perumahan besar di wilayah Jabodetabek selama tahun 2012, sudah terjadi transaksi 12.858 unit senilai Rp 12,4 triliun. Meski jumlah tersebut dinyatakan rendah di banding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 14,2 tiriliun, ini karena respon pasar atas pemberlakuan ketentuan untuk membayar down payment sebesar 30 persen atas harga rumah, terutama jika pembayarannya dilakukan dengan KPR.
Berangkat atas Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP tanggal 12 Maret 2012 mengenai Penerapan Manajemen Risiko pada bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor yang berlaku efektif Juni 2012. Berkaitan dengan surat edaran tersebut, survey Bank Indonesia atas penjualan residensial per kuartal memperlihatkan bahwa aturan tersebut berefek pada penjualan rumah secara nasional.
Meyakini dari hal tersebut dimana bisnis properti terus benderang, bisnis agen properti di Indonesia masih sangat menggiurkan. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya omset yang diraih oleh pemilik asing maupun lokal. Seperti yang dialami LJ Hooker Indonesia, pemeg
ang master franchise LJ Hooker dari Australia, seperti di kutip melalu majalah Properti Indonesia, omset LJ Hooker mencapai Rp 2,6 triliun naik di banding tahun sebelumnya yang berkisar Rp 2,3 triliun.
Serupa dengan LJ Hooker, Ray White Indonesia, pemegang master franchise Ray White dari Australia yang memiliki 130 kantor cabang, omset tahun lalu meningkat hingga 30 persen dibanding tahun 2011. Sementara Century 21 Indonesia omsetnya kian meningkat mencapai 40 persen per tahun.  
Banyaknya pengembang yang membangun properti membuat para broker kecipratan rezeki. Tak heran semakin banyak broker yang justru fokus menggarap primary market. F.Rach Suherman, Executive Director Century 21 Indonesia,”Primary property mengalami kenaikan besar mulai tahun 2009, karena insentif yang diberikan pengembang cukup banyak, dan minat konsumen untuk membeli produk baru melalui agen meningkat cukup besar,”
Hal serupa juga dikatakan Setyo Maharso, Ketua Umum Real Estate Indonesia,”Peran broker properti sangat besar sekali bagi pengembang. REI telah bekerjasama lama dengan AREBI dan sudah tercipta simbiosis mutualisme yang baik,” Ujarnya.

Sumber : rumahku.com

Bahana Property

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More